![]() |
Foto: iStock |
Relawan Pedia | Mentawai -- Ulat sagu, yang dikenal dengan nama lokal "baluo" di kalangan Suku Mentawai, adalah salah satu sumber makanan yang penting dan berharga. Ulat ini berasal dari larva kumbang merah (Rhynchophorus ferrugineus) yang hidup di dalam batang pohon sagu yang membusuk. Pohon sagu sendiri merupakan tanaman yang sangat berharga bagi Suku Mentawai, tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga sebagai bagian integral dari budaya dan tradisi mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, Suku Mentawai mengumpulkan ulat sagu dengan cara yang sangat terampil dan penuh perhitungan. Proses ini dimulai dengan menebang pohon sagu yang sudah tua dan membiarkannya terurai selama beberapa minggu. Setelah itu, batang pohon yang membusuk tersebut akan dipecah untuk mengeluarkan ulat sagu yang gemuk dan kaya akan nutrisi. Ulat sagu ini kemudian dikumpulkan dan diolah menjadi berbagai jenis makanan.
Bagi Suku Mentawai, ulat sagu adalah sumber protein yang sangat berharga. Mereka sering mengonsumsi ulat ini dengan cara memanggangnya di atas api hingga berwarna kecokelatan dan renyah, atau memasaknya bersama dengan bahan-bahan alami lainnya seperti kelapa parut dan bumbu-bumbu tradisional. Rasa dari ulat sagu yang dimasak ini dikatakan mirip dengan rasa daging atau kacang, dengan tekstur yang lembut dan kenyal.
Selain menjadi bagian penting dari pola makan sehari-hari, ulat sagu juga memiliki makna budaya yang di dalamnya. Pengumpulan dan konsumsi ulat sagu seringkali melibatkan seluruh anggota keluarga atau komunitas, sehingga memperkuat ikatan sosial dan menjaga tradisi turun-temurun. Bagi Suku Mentawai, makanan bukan hanya soal kebutuhan biologi, tetapi juga simbol keharmonisan dengan alam dan warisan leluhur.
Di era modern ini, meskipun banyak masyarakat mulai beralih ke pola makan yang lebih urban, Suku Mentawai tetap mempertahankan tradisi mereka. Ulat sagu tidak hanya bertahan sebagai makanan tradisional, tetapi juga menjadi simbol ketahanan budaya dan kearifan lokal yang patut dihargai dan dilestarikan.